Mawardi Petarung Sejati, Tidur di Tanah pun Jadi Catatan : Drs H Iklim Cahya, MM (Wartawan/Pemerhati Politik dan Sosial)


OGAN- ILIR. IDN-PEMILIHAN Kepala Daerah secara langsung (Pilkadasung), apakah pemilihan Gubernur, atau Bupati/Walikota, yang dimulai sejak tahun 2005, terasa lebih seru dan bikin sang calon lebih berkeringat. Maklum karena si calon harus turun langsung di tengah-tengah masyarakat, dan bergerak dari satu wilayah ke wilayah lainnya, supaya lebih dikenal oleh masyarakat pemilih. Ini tentu perlu kesehatan yang prima, kemauan yang kuat, serta didukung fasilitas dan biaya yang tidak kecil. Karena itu seorang calon harus punya mental petarung sejati. Hal ini berbeda dengan sistem pemilihan kepala daerah di masa orde baru, dan di awal reformasi sebelum tahun 2005, yang masih dipilih oleh DPRD.

Pada Pilkada langsung yang dipilih oleh rakyat, maka popularitas (tingkat pengenalan) dan elektabilitas (peluang keterpilihan) sang calon yang akan banyak berbicara. Guna meraih popularitas dan elektabilitas tersebut, perlu didukung "isi tas" yang banyak. Dan  dibutuhkan mental petarung sejati.

Melihat perkembangan yang terjadi menyongsong Pilkada Sumsel tahun 2024 ini, hanya dua nama yang terlihat makin eksis, yakni H Mawardi Yahya dan H Herman Deru. Nama-nama lain terkesan masih di bawah bayang-bayang dua nama tersebut.

Karenanya menarik untuk melihat bagaimana pengalaman bertarung dua tokoh ini.

Kalau dilihat dari pengalaman berkompetisi secara langsung, Mawardi Yahya memiliki catatan sedikit lebih baik. Mawardi pernah berkompetisi di Pemilu legislatif di Kabupaten OKI dan Ogan Ilir (OI), yang kemudian mengantarkannya menjadi Ketua DPRD OKI dan Ogan Ilir, di masa awal reformasi.

Begitu juga saat Pilkada langsung tahun 2005 dan 2010, Mawardi Yahya memenangkannya, sehingga menempatkannya menjadi Bupati Ogan Ilir dua periode. Berikutnya, pada tahun 2015, Mawardi kembali berhasil memenangkan kontestasi Pilkada OI, dengan mengantarkan putranya AW Noviadi terpilih menjadi Bupati OI. Padahal pada Pilkada OI tahun 2010 dan 2015, pesaingnya bukan "kaleng-kaleng", tetapi orang yang punya nama besar dan popularitas tinggi, yakni Helmi Yahya, selebritis papan atas.

Begitu pula pada Pilkada Sumsel tahun 2018, disaat "musibah politik" masih menderanya. Mawardi yang menjadi Cawagub dari Herman Deru, justru berhasil memenangkan Pilkada Sumsel, walau kompetitornya didukung tokoh besar dan dua partai besar di Sumsel. 

Lalu prestasi berikutnya Mawardi juga mampu mengantarkan putra bungsunya menjadi Bupati OI pada Pilkada tahun 2020. Begitu pula pada Pemilu tahun 2024 ini, Mawardi mampu ikut mengantarkan putra putrinya sukses meraih kursi di DPR RI, DPRD I, dan DPRD II. Lalu sebagai Ketua Tim Kemenangan Daerah (TKD) Prabowo-Gibran di Sumsel, dan sebagai Anggota Dewan Pembina DPP  Partai Gerindra yang diberi tanggungjawab memenangkan Prabowo dan Gerindra di Sumsel, Mawardi dinilai mampu menjalankan perannya sehingga sukses besar. 

Kegagalan yang dialami Mawardi tercatat hanya satu kali, saat Pilbup OKI tahun 2003 yang masih dipilih anggota DPRD. Hal yang sama pernah juga dialami Herman Deru pada Pilbup OKU tahun 1998.

Lalu bagaimana catatan perjalanan H Herman Deru pada pertarungan politik serupa. Kita ketahui Herman Deru pernah dua kali memenangkan kontestasi saat Pilkada OKU Timur, tahun 2005 dan 2010. Lalu pada Pilkada Sumsel tahun 2018, Herman Deru yang berpasangan dengan Mawardi Yahya, juga memenangkan kontestasi tersebut. Termasuk ikut memenangkan adiknya pada Pilkada OKU Timur tahun 2020 lalu.

Sebelumnya juga Herman Deru ikut memenangkan anak sulungnya pada pemilihan DPD RI (2009), dan DPR RI (2014 dan 2019). Lalu baru-baru ini pada Pemilu 2024, juga berhasil mengantarkan putri bungsunya terpilih sebagai anggota DPD RI dengan raihan suara terbanyak. Namun HD gagal mengantarkan anaknya yang lain beserta menantunya, menuju Senayan.

Begitu pula saat Pilpres Herman Deru terkesan "menghilang", dan gagal memenangkan calon yang didukung partainya. Ia hanya tampil pada acara Nasdem, dan berhasil mengantarkan Nasdem meraih kursi pimpinan untuk level provinsi.

Namun Herman Deru juga pernah gagal saat mengikuti Pilbup OKU (1998) dan juga Pilkada Sumsel tahun 2013. Ia juga pernah gagal mengantarkan putrinya memenangkan  Pilkada OKU.

Melihat catatan tersebut, baik Mawardi Yahya maupun Herman Deru, pernah "jatuh bangun" dalam menggapai karier politiknya. Tapi bila dicermati, Mawardi memiliki catatan keberhasilan lebih banyak. Ini menunjukkan Mawardi Yahya memiliki mental petarung yang kuat. Bahkan ia sering dijuluki sang fighter sejati.

Memang saat mengikuti kontestasi Mawardi Yahya dikenal selalu all out, mengerahkan semua sumber daya. Catatan luar biasa ketika pada Pilkada OI tahun 2015, ia mencalonkan putranya AW Noviadi yang nol pengalaman di politik dan pemerintahan, yang harus berhadapan dengan Helmy Yahya, yang memiliki nama besar. Di awal kompetisi, hasil survei menunjukkan sangat jomplang, elektabilitas AW Noviadi sangat jauh dibawah Helmy Yahya. Namun semakin hari elektabilitas AW Noviadi semakin meningkat, dan pada hari H ternyata AW Noviadi yang jadi pemenang. Hal ini di luar prediksi banyak orang, dan ternyata kemenangan ini membuktikan betapa dahsyatnya pengaruh Mawardi di masyarakat.

Mawardi memang dikenal tidak mau setengah-setengah dalam berjuang, ia selalu bertekad kuat untuk menjadi pemenang. 

Mottonya;  "Hidup tidak membawa apa-apa, jatuh bangun hal biasa, dan baginya bila perlu "tido" (tidur) di tanah pun jadi (tak masalah), "tuturnya.

Begitulah kekuatan tekad Mawardi.  Baginya hidup hanya sekali, karenanya harus berarti. (*/Gheka)

Post a Comment for "Mawardi Petarung Sejati, Tidur di Tanah pun Jadi Catatan : Drs H Iklim Cahya, MM (Wartawan/Pemerhati Politik dan Sosial)"